CERITA DEWASA -BERAWAL NONTON BIOSKOP DENGAN JANDA SEXY PENJAGA TOKO BERUJUNG NGENTOT - CERITA DEWASA

Wednesday, May 23, 2018

CERITA DEWASA -BERAWAL NONTON BIOSKOP DENGAN JANDA SEXY PENJAGA TOKO BERUJUNG NGENTOT

BERAWAL NONTON BIOSKOP DENGAN JANDA SEXY PENJAGA TOKO BERUJUNG NGENTOT


Saya Shandy sudah menjadi cita-cita saya semenjak kecil untuk dapat duduk di tempat duduk perguruan tinggi. Apalagi kenyataan yang ada di kampungnya, masih dengan mudah dihitung dengan jari orang-orang yang telah duduk di tempat duduk perguruan tinggi.


Bukan sebab tak ada keinginan, namun dari seluruh itu dikarenakan kebanyakan dari mereka keluarga yang sangat sederhana dan rata-rata berada digaris kemiskinan. Kecuali itu jarak antara perguruan tinggi yang ada benar-benar jauh, sehingga sekiranya ada yang berkeinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi semestinya berganti mobil angkot minimal lima kali, itu juga dengan bantuan kendaraan roda dua merupakan ojek.

CERITA DEWASA.Apalagi seandainya kuliahnya sepatutnya pulang pergi, tentunya tarif akan lebih tinggi diperbandingkan dengan biaya kuliahnya. Dengan seluruh kegelisahan yang ada, walhasil semuanya disebutkan di hadapan kedua orang tuanya. Mereka dengan penuh bijak menjelaskan semua kemungkinan yang akan terjadi dari kemungkinan kekurangan uang dengan akan menjual sepetak sawah. Sampai dengan alternatif untuk tinggal di rumah kakak ibunya.


Mendengar antusiasnya kedua orang tuanya, membikin motivasi Shandy bertambah untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Memang keluarganya dapat dikatakan mapan untuk ukuran orang-orang yang ada di kampung itu. Kedua orang tuanya memiliki beberapa petak sawah dan menjadi salah satu tokoh di kampung itu.

"Shandy.." sapa ibunya saat Shandy sedang merapikan beberapa baju untuk dibawa ke kota. Mendapat ada surat dari ayahmu untuk Oom di kota nanti. Sebuah surat yang mungkin penegasan dari ayah Shandy untuk menyakinkan bahwa anaknya akan tinggal untuk sementara waktu di rumah Oomnya. 

Sesungguhnya orang tua Shandy telah menelepon Tuan Budiman tapi karena Tuan Budiman dan Shandy sungguh-sungguh jarang sekali bertemu maka orang tua Shandy memberikan surat penegasan bahwa si kecilnya akan tinggal di Bandung, di rumah Oomnya untuk sementara waktu.


Oomnya yang bernama Budiman memang paling kaya dari keluarga ibunya yang terdiri dari empat keluarga. Oomnya yang tinggal di Bandung dan mempunyai sebagian usaha dibidang jasa, percetakan sampai dengan sebuah surat kabar mingguan dan juga bisnis lainnya yang sangat berhasil.

Hubungan antara Oomnya yang bernama Budiman dan kedua orang tua Shandy hakekatnya tak ada permasalahan, cuma karena kedua orang tua Shandy yang acap kali memberikan nasehat karena kelakuan Oomnya yang sering berganti-ganti istri dan akibat dari berganti-ganti istri itu sehingga anak-anaknya tercecer di mana-mana.

Menurut ibu Shandy, Oomnya telah berganti istri sampai dengan empat kali dan sekarang ia sedang menduda. Dari keempat istri tersebut Budiman dianugerahi empat si kecil, dua dari istri yang pertama dan duanya lagi dari istri-istri yang kedua dan ketiga sedang dari istri yang keempat Om Budiman tak memiliki si kecil.

Buah Om Budiman yang paling bungsu di bawah Shandy dua tahun dan ia masih SMA di Bandung. Jadi usia Om Budiman kaprah-kira kini berada diatas limapuluh tahun.


Sesampainya di kota Bandung yang seperti itu banyak aktivitas manusia, Shandy langsung masuk ke sebuah kantor yang bertingkat tiga. Kedatangannya ke kantor itu disambut oleh kedua satpam yang menyambutnya dengan ramah. Akhir-akhir diketahui namannya Asep dari papan nama yang dikenakan di pakaiannya.


"Selamat siang Pak," Tegur Shandy kepada salah satu satpam yang ada dua orang.

"Selamat siang Dik, ada yang bisa dibantu," jawab satpam yang bernama Asep.

"Anu Pak, apa Bapak Budiman ada?"

"Bapak Budiman yang mana Dik," tegas satpam Asep, karena memandang suatu keraguan bahwa tidak mungkin bosnya ada bisnis dengan si kecil kecil yang baru berumur dua puluh tahunan.

"Anu Pak, apa ini PT. ALFAA," tanya Shandy menyusul keraguan satpam. Sebab sebenarnya Shandy juga belum pernah tahu di mana kantor-kantor Oomnya itu, apalagi bisnis yang digelutinya.


"Iya.. Benar Dik, dan Bapak Budiman itu ialah pemilik perusahaan ini," tegas satpam Asep membeberkan tentang keberadaan PT.ALFAA dan siapa pemiliknya.

"Adik ini siapa," tanya satpam terhadap Shandy, sambil mempersilakan duduk di meja lobby bawah.

"Aku Shandy Pak, keponakan dari Bapak Budiman dari desa Gunung Heulang."

"Keponakan," tegas satpam, sambil terus mengangkat telepon menghubungi Pak Dadi kepercayaan Tuan Budiman.

Selang beberapa menit kemudian Pak Dadi datang menghampiri Shandy sambil memberikan selamat datang di kota Bandung. "Shandy.. Apa masih ingat sama Bapak," kata Pak Dadi sambil duduk seperti sahabat lama yang baru ketemu.

Mimik Shandy jadi bingung sebab orang yang datang ini ternyata sudah mengenalnya.

"Maaf Pak, Shandy Sudah lupa dengan Bapak," kata Shandy sambil terus mengigat-ingat.

Pak Dadi terus menerangkan dirinya, "Saya yang dulu sering mancing bersama Tuan Budiman saat Shandy berumur kurang lebih lima tahun."


Shandy jadi bingung, "Wah, Bapak bisa saja.. mana saya ingat Pak, itu kan sudah bertahun-tahun."

Selanjutnya obrolan dengan Pak Dadi yang akhir-akhir ini ini diketahui selain kepercayaan di kantor, ia juga sebagai tangan kanan Tuan Budiman. Bapak Dadi mengenal apa malahan tentang Tuan Budiman. Kadangkala anak Om Budiman sering meminta uang pada Pak Dadi jikalau ternyata Om Budiman sedang keluar kota. Pun belakangan ini Om Budiman membeli sebuah rumah dan di belakangnya dihasilkan lagi rumah yang tidak keok besarnya untuk Pak Dadi dan istrinya meski yang depan digunakan oleh istri mudanya yang kurang lebih baru berumur 35 tahun.

"Aduh Dik Shandy, Bapak tadi bisa instruksi dari Tuan Budiman bahwa dia tak bisa menemani Dik Shandy sebab semestinya pergi ke Semarang untuk urusan bisnis. Dan aku diperintahkan untuk mencukupi keperluan Dik Shandy. 

Nah, sekarang kamu berharap seketika pulang atau kita jalan-jalan dulu," sambung Pak Dadi melihat ekpresi Shandy yang sedikit kecewa sebab ketakutan akan daerah tinggal. Memandang gelagat itu Pak Dadi seketika berkomentar, "Jangan takut Dik Shandy pokoknya kamu tidak akan ada permasalahan," tegur Pak Dadi sambil menegaskan akan tidur dimana dan akan kuliah dimana, itu semunya telah dikontrolnya sebab mempunyai uang dan uang sungguh-sungguh berkuasa dibidang apa saja.

Mendengar itu Shandy menjadi tersenyum, sambil mengamati-lihat orang yang berlalu lalang di depanya. Kebetulan pada saat itu jam masuk karyawan sudah dimulai. Itu banyak karyawati yang indah-cantik ditambah lagi dengan penampilannya yang mengunakan rok mini. 

Eksistensi Shandy sebagai keponakan dari pemilik perusahan itu sudah tersebar dengan cepatnya. Ditambah lagi dengan postur badan Shandy yang atletis dan wajah yang gagah membuat para karyawati kian banyak yang tersenyum apabila lewat Shandy dan Pak Dadi yang sedang asyik ngobrol.


Mereka tersenyum saat bertatap wajah dengan Arie dan dia segaja duduk di lobby depan, meskipun tawaran untuk pindah ke lobby tengah terus dilontarkan oleh Pak Dadi sebab takut dimarahi oleh Tuan Budiman. Memang daerah lobby itu banyak orang lalu lalang keluar masuk perusahaan, dan seluruh itu membikin Shandy menjadi betah hingga-hingga lupa waktu sebab keasyikan cuci mata.


Keasyikan cuci mata terhenti ketika Pak Dadi mengajaknya pulang dengan mengendarai sebuah kendaraan beroda empat sedan dengan merek Mesri terupdate, melaju ke sebuah kawasan villa yang terletak di pinggiran kota Bandung. Sebuah pemukiman elit yang berlokasi di pinggiran Kota Bandung yang berjarak kurang lebih 17 Km dari sentra kota. Sebuah kompleks yang benar-benar mengah dan dijaga oleh satpam.

Laju kendaraan beroda empat terhenti di depan rumah biru yang berlantai dua dengan halaman yang luas dan di belakangnya terdapat satu rumah yang sama megahnya, kolam renang yang cantik menghiasi rumah itu dan sebagai pembatas antara rumah yang kerap didiami Om Budiman dan rumah yang didiami Pak Dadi dan Istrinya. 

Meskipun pos satpam dan rumah kecil ada di samping pintu masuk yang diisi oleh Mang Ade penjaga rumah dan istrinya Bi Enung yang selalu menyiapkan makanan untuk Nyonya Budiman. Dikala mobil telah berhenti, dengan sigap Mang Ade membawa seluruh barang-barang yang ada di bagasi mobil. Satu ransel penuh dibawa oleh Mang Ade dan itulah barang-barang yang dibawa Arie. Bi Enung membawa ke ruang tamu sambil memerintahnya duduk untuk bertemu dengan majikannya.

Pak Dadi yang semenjak tadi mengantarnya, seketika pergi ke rumahnya yang ada di belakang rumah Om Budiman melainkan masih satu pagar dengan rumah Om Budiman. Pak Dadi meninggalkan Shandy, meskipun Shandy dipandu oleh Bi Enung menuju ruang tengah. Sesudah Tante Rani datang sambil tersenyum menyapa Arie, Bi Enung bahkan meninggalkan Shandy sambil lebih-lebih dahulu memerintah menyiapkan air minum untuk Shandy.

"Tante sudah menunggu dari tadi Shandy," bisiknya sambil menggenggam tangan Shandy pertanda mengucapkan selamat datang.

"Sampai-hingga Tante ketiduran di sofa", lanjut Tante Rani yang pada waktu itu memakai rok mini warna Merah. Wajah Tante Rani yang cantik dengan uraian rambut sebahu menonjolkan sifatnya yang ramah dan penuh perhatian.


"Tante sudah tahu bahwa Shandy akan datang sekarang dan Tante juga tahu bahwa Om Budiman tidak dapat menemanimu sebab dia sedang sibuk."

Obrolan malahan mengalir dengan punuh kekeluargaan, seolah-olah mereka sudah lama saling mengenal. Tante Rani dengan penuh antusias menjawab semua pertanyaan Shandy. Gerakan-gerakan tubuh Tante Rani yang pada dikala itu menerapkan rok mini dan duduk berhadapan dengan Shandy membuat Shandy salah tingkah karena celana dalam yang berwarna biru tampak dengan terang dan gumpalan-gumpalan bulu hitam terlihat cantik dan menantang dari balik CD-nya. 

Paha yang putih dan pinggulnya yang besar membuat kepala Shandy pusing tujuh keliling. Meski Tante Rani telah yang berumur Kaprah-kira 35 tahun tapi terlihat masih seperti gadis remaja.

"Nah, itu Yuni," kata Tante Rani sambil membawa Shandy ke ruang tengah. Menonjol gadis dengan seragam sekolah SMP. Memang ruangan tengah rumah itu dekat dengan garasi mobil yang jumlah mobilnya ada empat buah. Sambil tersenyum, Tante Rani mempersembahkan Shandy terhadap Yuni. 

Memperoleh teman baru dalam rumah itu Yuni lantas bersuka cita sebab nantinya ada teman untuk ngobrol atau untuk melakukan PR-nya bila tak dapat dilaksanakan sendiri. "Nanti Kak Shandy tidurnya sama Yuni ya Kak." Mendapat pertanyaan itu Shandy dibuatnya terkejut juga sebab yang memberikan penawaran tidur itu gadis yang tingginya hampir sama dengan Shandy. 


Adik kakak yang sama-sama memiliki badan sungguh-sungguh bangus dan paras yang amat indah. Lalu Tante Rani menerangkan kelakuan Yuni yang meski telah besar sebab badannya yang bongsor sedangkan baru kelas dua SMP. Mendengar keterangan itu, Shandy cuma tersenyum dan sedikit heran dengan postur badannya walaupun dalam pikiran Shandy, dia sudah menaruh hati pada Yuni yang memiliki wajah yang cantik dam putih bersih itu.

Setelah selesai berkeliling di rumah Om Budiman dengan didampingi oleh Tante Rani, Shandy masuk ke kamarnya yang berdekatan dengan kamar Yuni. Memang di lantai dua itu ada empat kamar dan setiap kamar terdapat kamar mandi. Tante Rani menempati kamar yang paling depan sedangkan Shandy memilih kamar yang paling belakang, meski kamar Yuni berhadapan dengan kamar Shandy.


Setelah membuka pakaian yang penuh peluh, Shandy memperhatikan-lihat pemandangan belakang rumah. Tanpa sengaja kelihatan dengan jelas Pak Dadi sedang memeluk istrinya sambil nonton TV. Tangan kanannya memeluk istrinya yang bermana Astri. 

Meskipun tangan kirinya meski sebatang rokok. Keluarga Pak Dadi dari dahulu memang sungguh-sungguh rukun namun hingga kini belum dikeruniai buah hati dan menurut salah satu dokter pribadi Om Budiman, Pak Dadi divonis tidak akan mempunyai anak sebab di dalam spermanya tak terdapat bibit yang tidak membuahinya.

Hari-hari selanjutnya Shandy kian kerasan tinggal di rumah Om Budiman sebab kecuali Tante Rani Yang ramah dan seksi, juga kelakuaan Yuni yang menggemaskan dan kadang-kadang membikin batang membuat Shandy berdiri. 

Shandy kian tahu tentang seputar Tante Rani yang sesungguhnya sungguh-sungguh kesepian. Kenyataan itu dia ia ketika dia dan tantenya berbelanja di suatu ia di sentra kota Bandung yang bernama BIP. Tante Rani dengan mesranya menggandeng Shandy, namun Shandy tidak risih karena sebab itu telah dianggap hal wajar apalagi di depan banyak orang.

Namun yang membikin terkejut Shandy dikala di dalam kendaraan beroda empat, Tante Rani mengatakan bahwa dia hakekatnya tak tidak secara batin. Mendengar itu Shandyterkejut terkejut mati sebab tak tahu apa yang semestinya ia katakan. Tante Rani dia bahwa Om Budiman sekarang itu telah loyo saat bercinta dengannya.

Shandy tambah keder dengan apa yang seharusnya dia lontarkan karena ia tidak mungkin memberikan tak itu padahal selama ini ia kerap kali menghanyalkan jika ia tidak memasukkan burungnya yang besar ke dalam membikin Tante Rani.


Ketika kendaraan beroda empat berhenti di lampu merah, Tante Rani dengan berani tiduran di atas paha Arie sambil terus bercerita tentang kegundahan hatinya selama ini dan dia malah bercerita bahwa cerita ini baru Shandy yang mengetahuinya.

Sambil bercerita, lipatan paha Tante Rani yang telentang di atas jok mobil agak terbuka sehingga rok mininya melorot ke bawah. Shandy dengan terang dapat mengamati gundukan hitam yang tumbuh di sekitar membuat Tante Rani yang terbungkus CD nilon yang benar-benar transparan itu.Shandy menelah amat sambil terus air liur menenangkan tantenya yang birahinya mulai tinggi.

Ketika Shandy akan memindahkan foto bugil gigi perseneling, secara tidak segaja ia ia buah dada tantenya yang sudah mengeras dan dikala itu pula bibir tantenya yang merekah dikala Shandy untuk terus minta.

Shandy menghentikan mobilnya di pinggir jalan menuju rumahnya sambil berkata, "Saya tak mungkin dapat dapat itu Tante," Tante Rani hanya berkata, "Shandy, Tolong dong.. Tante sudah tak kuat lagi tidak gituan, masa Shandy tidak kasihan sama Tante.

" Tangan Tante Rani dengan berani membuka pakaian pakaian atas dan bagian buah dadanya yang besar. Tampak buah dada yang besar yang masih ditutupi oleh BH warna ungu menantang untuk disantap.

Melihat Shandy yang tidak ada perlawanan, hasilnya Tante Rani mengaplikasikan kembali pakaiannya dan duduk seperti semula sambil bajunya seperti patung hingga tiba di rumah. Perjalanan itu membikin Shandy jadi salah tingkah dengan kelakuan tantenya itu.

Kedekatan Shandy dengan Yuni kian menjadi sebab jika ada PR yang jikalau Yuni selalu ketika bantuan Shandy. Pada dikala itu Yuni saat mendapat PR matematika. Dengan sekonyong-konyong masuk ke kamar Shandy.

Pada saat itu Shandy baru keluar dari kamar mandi sambil merenungkan perihal kelakuannya tadi siang dengan Tante Rani yang menolak bisa itu. Shandy keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benang pun yang menutupinya. Dengan jelas Yuni melihat batang membikin Shandy yang mengerut kedinginan.

Sambil menutup wajah dengan kedua tangannya, Yuni membalikkan badannya. Shandy cuma tersenyum sambil berkata, "Mangkanya, apabila masuk kamar ketok pintu dulu," goda Shandy sambil menerapkan celana pendek tanpa celana dalam. Istiadat itu budaya dijalankan batang agar bisa bergerak dengan nyaman dan bebas.

Shandy bergerak mendekati Yuni dan mencium pundaknya yang sangat putih dan berbulu-bulu kecil. "Ahh, geli Kak Shandy.. Kak Shandy sudah pake celana yah," tanya Yuni.


"Belum," jawab Shandy menggoda Yuni.

"Ahh, cepet dong pake celananya. Yuni mau meminta hanya Kak Arie menjalankan PR," rengek Yuni sambil tangan kirinya melakukan belakang Shandy.

Mengamati rabaan itu, Shandy segaja memberikan batang supaya untuk alat kelaminnya. Yuni cuma melaksanakan-raba sambil berkata, "Mendapatkan apa Kak, kok kenyal." Memperoleh rabaan itu batang membikin Shandy kian menengang dan dalam pikirannya kalau dengan Yuni saya berharap tetapi jika dengan kakakmu meskipun sama-sama cantiknya namun saya juga masih punya pikiran yang betul, masa tenteku digarap olehku.

Rabaan Yuni berhenti ketika batang membuat Shandy sudah menegang setengahnya dan dia melepaskan rabaannya dan langsung membalikkan badannya. Shandy kaget dan hampir saja tali kolornya yang terbuat dari karet, menjepit batang supaya yang sudah menegang.

Tangan yang tadi telah melakukan batang membikin Shandy kembali telah menutup wajahnya dan perlahan Yuni membuka tangannya yang menutupi wajahnya dan tampak Shandy sudah menggunakan celana pendek. 

"Nah, gitu dong pake celana," kata Yuni sambil mencubit dada Shandy yang meski di susu kecil Yuni. "Udah dong meluknya," rintih Yuni sambil memberikan buku Matematikanya.

Saling memeluk antara Shandy dan Yuni telah telah hal yang yakni namun saat Shandy saat kenikmatan dalam memeluk Yuni, Yuni tidak saat apa-apa mungkin karena Yuni masih si kecil ingusan yang badannya saja yang bongsor. Shandy seketika naik ke atas ranjang besarnya dan bersandar di bantal pojok ruangan kamar itu. 

Walaupun ada meja belajar melainkan Shandy segaja memilih itu karena Yuni acap kali menindihnya dengan kerap kali sehingga batang membikin Shandy terasa hangat dibuatnya. Dan memang seperti dugaan Shandy, Yuni tiduran di dada Shandy. 

Pada ketika itu Yuni menerapkan daster yang amat tipis dan di atas paha sehingga celana dalam berwarna putih dan BH juga yang warna putih tampak dengan jelas. Yuni tidak merasa risih dengan kedaan itu sebab memang telah seperti itu hari-hari yang kebiasaan bersama Shandy.

Sambil mengerjakan PR, pikiran Shandy melayang-layang bagaimana caranya dilakukan ia dapat mengatakan kepada Yuni bahwa dirinya sekarang berubah hati menjadi cinta pada Yuni.

Tapi apakah ia telah mengetahui cinta soalnya seandainya orang telah mengetahui cinta mengetahui syahwatnya juga pasti bergejolak seandainya diperlakukan seperti yang kerap kali kultur oleh Shandy dan Yuni.

PR pertama sudah sudah dengan diselesaikan, Yuni terseyum pesat. Menonjol dengan terang payudara Yuni yang kecil. Pikiran Shandy meliuk-liuk membayangkan jelas dia tak melakukan susu itu tentunya betul-betul enak dan sungguh-sungguh hangat.

Ketegangan Shandy kian menjadi saat batang supaya yang tanpa celana dalam itu tersentuh oleh pinggul Yuni yang berteriak karena masih ada PR-nya yang belum terisi. Memang posisi Shandy menjelaskan tersebut ada di bawah Yuni dan pinggul Yuni tak jarang bergerak-gerak karena sifatnya yang agresif.

Gerakan badan Yuni yang agresif itu membuat paha putihnya nampak dengan terang dan kadangkala gumpalan agar terlihat dengan jelas hanya terhalang oleh CD yang berwarna putih. Hal itu membuat membuat Shandy naik turun. 

Yuni tidak peduli dengan apa yang terjadi pada batang membuat Shandy, malah Yuni kian terus bermanja-manja dengan Shandy yang tampak bermalas-malasan dalam mengerjakan PR-nya itu. Pikiran Shandy semakin kalang kabut saat Yuni mengerak-gerakkan badan ke belakang yang membuat batang supaya semakin berdiri menegang.

Dengan pura-pura tak sadar Shandy menjalankan gundukan membikin Yuni yang terbungkus oleh CD putih. Bukit membuat Yuni yang hangat membuat Shandy kian bernafsu dan membuat membikin kian terengah-engah.

"Kak diselesaikan dong kerjakan PR yang satunya lagi. Yang ini, yang nomor sepuluh pesat."


Shandy membalikkan badannya sehingga bukit membikin Yuni genitalia walaupun di batang membikin Shandy. Dalam seputar itu Yuni hanya mendekap Shandy sambil terus berkata, "Tolong ya Kak, nomor sepuluhnya."

"Boleh, tapi ada syaratnya," kata Shandy sambil terus merapatkan batang agar ke bukit membuat Yuni yang masih terbungkus CD warna Putih. Gila Yuni menonjol dengan terang dan mulai merekah jelas sebuah badan seorang gadis yang menyusun, pinggul yang putih membikin Shandy kian panas dingin dibuatnya. Yuni cuma bertanya apa syaratnya kata Yuni sambil mengangkat wajahnya ke hadapanya Shandy. 

Dalam posisi seperti itu batang membikin Shandy yang sudah menegang seakan digencet oleh bukit membikin Yuni yang terasa hangat. Shandy tidak kuat lagi dengan seluruh itu, ia seketika mencium mulut Yuni. Yuni cuma bajunya dan terus menghidar ciuman itu. "Kaak… apa dong syaratnya", kata Yuni manja agresif menggerak-gerakkan badannya sehingga bukit agar terus alat kelaminnya-nyentuh batang membuat Shandy. 

Setelah buah hati ini belum tahu apa- apa tentang persoalan seks. Memang Yuni tak ketika apa-apa dan dia seakan-akan bermain dengan teman wanitanya tidak ada rasa apa malah. "Syaratnya kamu nanti akan kakak peluk sepuasnya."

Mendengar itu Yuni cuma cuma, suatu ngakak yang mudah, dikirain seharusnya pus-up 1000 kali. Konsenterasi Shandy dibagi dua yang satu terus mendekatkan batang supaya dijalankan konsisten berada di bawah bukit membuat Yuni yang sering kali terlepas sebab Yuni yang banyak bergerak dan satunya lagi air liur mengatasi PR-matematikanya. Yuni terus mendekap badan Shandy sambil kadang-kadang menggerakkan lipatan pahanya yang menyetuh paha Shandy.

Setelah selesai melakukan PR-nya, Shandy menggerak-gerakkan kerap kali sehingga berada alat vital di atas bukit membuat Yuni. Shandy semakin tidak tahan dengan kedaaan itu dan lantas menjalankan-raba alat vital Yuni. Saat Shandy akan melakukan payudara Yuni. Yuni bangkit dan terus melihat ke wajah Shandy, sambil berkata, "PR-nya sudah Kaak.. Shandy," sambil Menguap.

Melihat PR-nya yang sudah dilakukan Shandy, Yuni langsung memeluk Shandy erat-erat seperti memeluk bantal guling sebab syaratnya itu. Memperoleh itu tak dilewatkan oleh Shandy demikian itu saja, Shandy seketika memeluk Yuni berguling-guling sehingga Yuni sekarang berada di bawah Shandy.

Mendapatkan perlakuan yang kasar dalam memeluk itu Yuni berkata, "Masa Kakak meluk Yuni nggak bosan-bosan." Sinting alasan Shandy lontarkan dikerjakan Yuni konsisten berharap di peluk dan hasilnya akibat gesekan-gesekan batang membikin Shandy bergerak-gerak seperti akan ada yang keluar, dan pada saat itu Yuni berhasil lepas dari pelukan Shandy sambil pergi dan tak lupa melenggokkan pantatnnya yang besar sambil mencibirkan mulutnya.

"Aduh, Sesudah si Yuni masih tak ketika apa-apa dengan apa yang barusan aku lakukan," guman Shandy dalam hati sambil terus memengang batang supaya. Shandy ludah menetralisir batang agar dijalankan tak terlalu tegang. "Jikalau ya hening, nanti kau juga akan kau kepunyaan Yuni merasakan tinggal waktu saja. Nanti aku akan pura-pura memberikan saya Biologi seputar anatomi badan dan di sanalah akan aku suruh buka baju. Masa bila telah dibuka baju masih belum pakaian."

Shandy memang punya prinsip jikalau dalam berkaitan badan ia tak berharap mau sediri tapi semestinya ingin kedua-duanya. Itulah pola pikir Shandy yang terus ia pertahankan. Rupanya ia mau tentunya dengan mau dia memperkosa Yuni.

Ketegangan batang membikin Shandy terus bertambah besar tak ingin mengecil walaupun telah diguyur oleh air. Untuk menghilangkan kepenatan Shandy keluar kamar sambil membakar sebatang rokok. Televisi Tante Rani masih ada di ruang tengah sambil memperhatikan TV dan meminum susu yang dibuatnya sendiri.

Tante Rani yang memakai daster warna biru dengan rambut yang layar kaca terurai memakai amat indah malam itu. Lekukan tubuhnya menonjol dengan jelas dan kedua payudaranya begitu kelihatan dengan terang tanpa BH, juga pahanya yang putih dan mulus terpampang indah di hadapannya. Kau itu tampak karena Tante Rani duduk di sofa yang panjang dengan kaki yang putih menjulur ke depan.

Ketenganan Shandy kian memuncak memperhatikan keidahan tubuh Tante Rani yang sangat seksi dan mulus itu.

"Tidak amat belum tidur Shandy," kata Tante Rani sambil menuangkan segelas air susu untuk Shandy.

"Anu Tante, tak dapat tidur," balas Shandy dengan gugup.

Memang Tante Rani yang cantik itu tak merasa canggung dengan keberadaan Shandy, ia tidak peduli dengan keberaan Shandy bahkan dia segaja bagian dia tubuhnya di hadapan Shandy yang telah sungguh-sungguh pakaian.

"Maaf ya, Tante tadi siang sudah berlaku kurang sopan terstimulasi Shandy."

"Kamu apa-apa Tante, Shandy terhadap seputar hal itu," jawab Shandy sambil terus menahan gejolak nafsunya yang sudah diluar batas normal ditambah lagi dengan perlakuan Yuni yang membuat batang agar semakin menegang tidak tentu arah.

"Oom ke mana Tante, kok tak kelihatan," tanya Shandy mengisi perbincangan.

"Tak tidak tahu, Oom kan sedang ke Bali mengurus proyek yang baru," jawab Tante Rani.

Memang Om Budiman amat jarang sekali ada di rumah dan itu membikin Shandy semakin tahu akan tak batin Tante Rani, tetapi itu tidak mungkin tapi dengan tantenya.

Shandy dan Tante Rani duduk di sofa yang besar sambil tidak tubuhnya digerak-gerakkan seperti cacing kepanasan. Alat diduga sebelumnya oleh Shandy, Tante Rani membuka dasternya yang menutupi paha putihnya yang putih bersih sambil menggaruk-garukkan tangannya di sekali-sekali gundukan agar.

Mata Shandy melongo tak percaya. Dua kali dalam satu hari dia melihat paha Tante Rani, tetapi yang ini lebih parah dari yang tadi siang di dalam kendaraan beroda empat, kini Tante Rani tidak menggunakan celana dalam. Mengamati yang ditumbuhi bulu-bulu yang hitam tersingkap dengan jelas dan tangan Tante Rani terus menggaruk-garuk di adakalanya supaya itu sebab merasa ada yang gatal.

Melihat itu Shandy kian melihat dan tak berharap badan ditambah lagi dengan ketegangan di batang agar yang kian menegang.

"Tak sangat Shandy," tanya Tante Rani yang memperhatikan wajah Shandy keluar keringat dingin.

"Nggak Tante, Shandy menikmati mungkin capek," balas Shandy sambil terus sekali-kali memandang ke pangkal paha putih milik Tante Rani.

Setelah merasa agak baikan di sekitar supaya, Tante Rani segaja tak menutup pahanya, bahkan dia duduk bersilang sehingga kelihatan dengan jelas pangkal pahanya dan agar yang merekah. Melihat Shandy kian menegang, Tante Rani tersenyum dan mempersilakan Shandy untuk meminum susu yang dituangkan di dalam gelas itu.

Ketegangan Shandy semakin memuncak dan Shandy tak berani kurang semakin pada tantenya sedangkan tahu bahwa tantenya segaja komponen kemulusan pahanya itu. "Tante, saya mau ke paviliun belakang untuk mencari udara segar." Melihat Shandy yang sungguh-sungguh tegang itu Tante Rani hanya tersenyum, dalam pikirannya amat lagi kau akan sejenak padaku dan akan saat untuk tidur denganku.

Sebelum sampai ke paviliun belakang Shandy jalan-jalan dulu di pinggiran kolam lalu ia duduk sambil mengamati kolam di depannya. Sambil terus air liur menahan gejolaknya antara menyetubuhi tantenya atau tidak. Sambil terus berusaha tentang kejadian itu. 

Kamu segaja ia mendegar rintihan dari belakang yang kebetulan kamar Pak Dadi. Shandy terus mendekati kamar Pak Dadi yang kebetulan dekat dengan Paviliun. Shandy mengendus-endus mendekati jendela dan ternyata jendelanya tidak dikunci dan dengan gampang Shandy bisa mengamati adegan suami istri yang sedang bermesraan.

Di dalam kamar yang berukuran cukup besar itu, Shandy bisa leluasa sebab hanya terhalang oleh tumpukan pakaian yang digantung dekat jendela itu. Di dalamnya terbukti Pak Dadi dengan istrinya sedang bermesraan. Istri Pak Dadi yang bernama Astri sedang asyik mengulum batang kejantanan Pak Dadi dengan lahapnya. Dengan penuh birahi Astri terus melahap dan mengulum batang membuat Pak Dadi yang ukurannya lebih kecil dari ukuran yang dimiliki Shandy.

Astri terus mengulum batang membikin Pak Dadi. Posisi Pak Dadi yang masih menerapkan baju dan celananya yang sudah melorot ada di lantai dengan posisi duduk terus mengerang-erang kenikmatan yang tiada bandingnya meski Astri jongkok di lantai. Nampak Astri menggunakan CD warna hitam dan BH warna hitam. Erangan-erangan Pak Dadi membikin batang membuat Pak Dadi semakin mesra di kulum oleh Astri.

Dengan satu gerakan Astri membuka daster yang kemaluan karena memperhatikan suaminya sudah kewalahan dengan kulumannya. Menonjol dengan terang buah dada yang besar masih ditutupi BH hitamnya. Pak Dadi nampak membuka BH-nya dan dilanjutkan dengan membuka CD hitam Astri. 

Astri yang masih jelas di bandan Pak Dadi saat Pak Dadi melekat duduk di samping ranjang. Lalu Pak Dadi menyuruh Astri telentang di atas ranjang dan sering kali diganjal oleh bantal sehingga dengan jelas nampak bibir membuat Astri yang merah merekah menantang kejantanan Pak Dadi.

Sebelum memasukkan batang supaya, Pak Dadi mengoleskan air ludahnya di permukaan bukit membikin Astri. Dengan kaki yang ada di pinggul Pak Dadi, Astri tersenyum mengamati hasil karyanya ialah batang membikin suaminya tercinta sudah tak bangkit dan siap bertempur. 

Dengan perlahan batang membikin Pak Dadi dimasukkan ke dalam liang membuat Astri, menonjol Astri merintih dikala ketika kenikmatan yang tiada tara, kepala Astri dibolak-balikkan tanpa arah dan tangannya terus mengerjakan-raba dada Pak Dadi dan sekali-kali mengerjakan buah dadanya. 

Memang beradunya batang membuat Pak Dadi dengan liang senggama Astri terasa cukup lancar sebab ukurannya sudah sebab dan telah itu kerap kali namun. Erangan-erangan Astri dan Pak Dadi membikin tubuh Arie semakin Panas dingin, entah telah berapa menit lamanya Tante Rani memainkan membuat Arie yang telah menegang, ia tersenyum saat tahu bahwa di belakangnya ada orang yang sedang ia agar.

"Tante, kapan Tante datang", membatasi Shandy perlahan karena takut ketahuan oleh Pak Dadi sambil ludah menjauh dari daerah tidur Pak Dadi. Tangan Tante Rani terus menggandeng Shandy menuju ruang tengah sambil tangannya menyusup pada membuat Shandy yang sudah menegang sejak tadi.

Sesampainya di ruang tengah, Shandy duduk di daerah yang tadi diduduki Tante Rani, sementara Tante Rani tiduran telentang sambil kepalanya ada sesekali pangkal paha Shandy dengan posisi pipi kanannya genitalianya batang membikin Shandy yang sudah menegang.

"Tidak kok orang yang sedang begituan kamu intip, nanti kamu jadi panas dingin dan jikalau telah panas dingin pesat untuk mengobatinya. Untung saja kau tadi tidak ketahuan oleh Pak Dadi jikalau kamu ketahuan kamu kan jadi malu. Apalagi bila ketahuan sama Oommu dapat-bisa Tante ini, juga kena bisa.

" Tante Rani memberikan pengarahan-nasehat yang tuntunan sambil kepalanya yang ada diantara kedua selangkangan Shandy terus digesek-gesek ke batang membikin Shandy. "Tante tahu kau sekarang telah besar dan kamu juga tahu tentang kehidupan seks. Namun kamu pura-pura tak ingin," goda Tante Rani, "Dan kamu telah tahu keinginan Tantemu ini, kamu bahkan mengintip kemesraan Pak Dadi," nasehat-nasihat itu terus terlontar dari bibir yang merah merekah, dilain pihak pipi kirinya digesek-gesekkan pada batang Shandy.

Shandy semakin tidak bisa lagi menahan gejolak yang sangat tinggi dengan tekanan voltage yang berada diluar batas kemanusiaan. "Tante jangan gitu dong, nanti saya jadi malu sama Tante apalagi nanti sekiranya oom sampai tahu." Mendengar elakan Shandy, Tante Rani pun tersenyum, "Dari mana Oommu tahu jikalau kau tak memberitahunya."

Sesudah, dalam pikiraanku mana mungkin aku memberitahu Oomku. Gerakan kepala Tante Rani semakin menjadi ditambah lagi kaki kirinya diangkat sehingga daster yang menutupi kakinya tersingkap dan gundukan hitam yang terawat dengan bersih tampak merekah. Bukit membuat Tante Rani menonjol dengan terang dengan ditumbuhi bulu-bulu yang telah dicukur rapi sehingga tampak seperti membuat gadis seumur Yuni.

Shandy sebenarnya telah tahu akan harapan Tante Rani. Melainkan batinnya mengatakan bahwa dia tak berhak untuk ia dengan tantenya yang selama ini tidak dan senantiasa memberikan tak hidupnya.

Tanpa disadari tantenya sudah menaikkan celana pendeknya yang longgar sehingga kepala batang membuat Shandy terangkat dengan bebas dan genitalianya pipi kirinya yang lebut dan putih itu. Mengamati Keberhasilanya itu Tante Rani membalikkan badan dan sekarang Tante Rani telungkup di atas sofa dengan supaya yang merekah segaja diganjal oleh bantal sofa.

Tangan Tante Rani terus memainkan batang membuat Shandy dengan sangat lembut dan penuh amat sayang. "Aduh punya kau terbukti besar juga," bisik Tante Rani mesra sambil terus memainkan batang kejantanan Shandy dengan kedua tangannya. 

"Masa kamu tega sama Tante dengan tidak memberikan kamu apa malah Riee," bisik Tante Rani dengan membikin yang berat. Mendengar ejekan itu hati Shandy kian berontak dan rasanya tidak menelan tubuh molek di depannya bulat-bulat dan kian pada tantenya itu bahwa aku sebetulnya bisa lebih tak dari Pak Dadi.

Mulut Tante Rani yang merekah sudah mengulum batang membikin Shandy dengan liarnya dan kelihatan badan Tante Rani seperti orang yang tersengat setrum ribuan volt. "Ayoo doong Riee, masa kau akan menyiksa Tante dengan terlihat… ayo dong gerakin tanganmu.

" Kata-kata itu terlontar sebanyak tiga kali. Sehingga tangan Shandy semakin berani kemaluannya sering yang terbuka. Dengan sedikit malu-malu namun tak karena sudah semenjak tadi batang Shandy menegang. Shandy mulai menjalankan-saba kerap dengan penuh benar-benar sayang.

Mendapakan perlakuan seperti itu, Tante Rani terus semakin menggila dan terus mengulum kepuyaan Shandy dengan penuh nafsu yang telah lama dipendam. Sedotan bibir Tante Rani yang merekah itu seperti mencari sesuatu di dalam batang membuat Shandy. 

Mendapat serangan yang sungguh-sungguh berapi-api itu akhirnya Shandy memutar kaki kirinya ke atas sehingga posisi Shandy dan tantenya seperti huruf T.

Tangan Shandy kian berani mengusap-usap pinggul tantenya yang tersingkap dengan jelas. Daster tantenya yang sudah berada di atas pinggulnya dan membikin tantenya dengan lincah menjepit bantal kecil sofa itu. 

"Ahkkk, sedap.." Tantenya mengerang sambil terus merapatkan bibir agar ke bantal kecil itu sambil menghentikan sementara waktu kulumannya. Ketika dia dikala akan orgasme. "Shandy… Tante sudah tidak tahan lagi nich.." diiringi dengan sedotan yang budaya oleh tantenya itu karena tantenya rupanya sangat amat dalam mengulum batang agar sementara tangannya dengan aktif mempermainkan sisi-sisi batang membikin Arie sehingga Arie dibuatnya tak berdaya.


"Aduh . aduh.. Tante sedap sekalii…" erang tantenya semakin menjadi-jadi. Hampir tiga kali Tante Rani merintih sambil mengerang. "Aduuh Rieee.. terus tekan-tekan kemaluan Tante.." desah Tante Rani sambil terus menggesek-gesekkan bibir supaya ke bantal kecil itu. 

Shandy  membuat tantenya, ternyata Tante Rani sudah berlumuran oleh cairan-cairan yang keluar dari liang kewanitaannya. "Shandy… nah itu terus Riee.. terus.." erang Tante Rani sambil tak henti-hentinya mengulum batang membikin Shandy.

"Tak kok kuat sekali Shandy," bisik tante Rani dengan membikin yang terengah-engah sambil terus mengulum batang membikin Shandy. Tante Rani kaget tak percaya dengan kuluman yang melainkan karena belum tidak membuat Shandy keluar sanggup. 

Shandy berguman, "Belum tahu dia, ini belum seberapa. Tante pasti telah keluar lebih dari empat kali ia dengan bantal yang telah untuk mengganjal liang kewanitaannya genitalia dengan cairan yang keluar seperti air hujan yang betul-betul deras."



Memandang batang membikin Shandy yang masih tegak Tante Rani kian bernafsu, dia langsung bangkit dari posisi telungkup dengan berdiri sambil ludah membuka pakaian Shandy yang masih jelas di badannya. "Buka yaa Sayang bajunya," pinta Tante Rani sambil membuka pakaian Shandy perlahan melainkan pasti. Sesudah pakaian Shandy terbuka, Tante Rani membuka juga celana pendek Shandy dijalankan posisinya tidak terganggu.

Lalu Tante Rani membuka dasternya dengan kedua tangannya, dia sengaja komponen ia tubuhnya di depan Shandy. Memandang dua gunung yang telah merekah oleh gesekan sofa dan liang kewanitaan tantenya yang merah ranum akibat gesekan bantal sofa, Shandy menelan sangat.

Mengamati tidak membayangkan ternyata tantenya memiliki tubuh yang indah. Ditambah lagi ia sungguh-sungguh sangat dalam memainkan batang membuat laki-laki.

Masih dengan posisi duduk, tantenya kini ada di atas permadani dan dia lantas menghisap kembali batang membikin Shandy sambil tangannya bergantian melaksanakan-raba sisi batang membikin Shandy dan terus mengulumnya seperti buah hati kecil yang baru saat permen dengan penuh gairah.

Dengan bantuan payudaranya yang besar, Tante Rani menggesek-gesek payudaranya di belahan batang membuat Arie. Dengan perihal itu Shandy mengerang kuat sambil berkata, "Aduh Tante.. terus Tante.." Mendengar erangan Arie, Tante Rani tersenyum dan segera mempercepat gesekannya.

Memandang Shandy yang akan keluar, Tante Rani dengan dipecahkan memperhatikan posisi semula dengan mengulum batang membikin dengan betul-betul liar. Sehingga warna batang membikin Shandy menjadi kemerah-merahan dan di dalam batang supaya ada denyutan-denyutan yang benar-benar tidak teratur.

Shandy menahan nikmat yang tiada tara sambil berkata, "Terus Tante.. terus Tante..", Dan Shandy pun mendekap kepala tantenya dijalankan masuk ke dalam batang supaya dan semprotan yang maha dahsyat keluar di dalam mulut Tante Rani yang merekah.

Tampak semburan lahar panas itu, Tante Rani kegirangan dan segera menelannya dan menjilat seluruh yang ada di dalam batang membuat Shandy yang membikin Shandy meraung-raung kenikmatan. Tampak dengan jelas tantenya memang telah berpengalaman karena kalau mampu telah keluar dan batang membikin itu tetap disedotnya karenanya akan kian enak dan kian membikin badan menggigil.

Memandang itu Tante Rani semakin menjadi-jadi dengan terus menyedot batang membikin Shandy sampai keluar alat kelamin slurp…, slurp…, akibat sedotannya. Sesudah puas menjilat sisa-sisa mani yang sedangkan di batang membuat Shandy, lalu Tante Rani kembali mengulum batang kejantanan Shandy dengan mulutnya yang seksi.

Memperhatikan batang membikin Shandy yang masih memberikan perlawanan, Tante Rani bangkit sambil berkata, "Sesudah kamu Shandy.. kamu masih menantang tantemu ini yaah.. Tante sudah keluar hampir empat kali kau masih menantangnya.

" Mendengar tantangan itu, Shandy cuma tersenyum saja dan nampak Tante Rani mendekat ke hadapan Shandy sambil cuma liang kewanitaannya untuk melahap batang membikin Shandy. Sebelum memasukkan batang membikin Shandy ke liang kewanitaannya, Tante Rani terutama dulu memberikan ciuman yang sangat mesra dan Shandy malah membalasnya dengan hangat.

Saling pagut terjadi untuk yang kedua kalinya, lidah mereka saling bersatu dan saling menyedot. Tante Rani kian tergila-gila sehingga liang kewanitaannya yang tadinya meskipun di atas batang membuat Shandy kini tergeser ke belangkang sehingga batang membikin Shandy tergesek-gesek oleh liang kewanitaannya yang sudah genitalia itu.

Mendapat perlakuan itu Shandy mengerang kenikmatan. "Aduuh Tante…" sambil melepaskan pagutan yang sudah berjalan cukup lama. "Clepp…" membatasi yang keluar dari beradunya dua surga dunia itu, perlahan namun pasti Tante Rani bunyi masuk ke lembah surganya.

Dorongan itu perlahan-lahan membuat mendukungnya urat nadi Shandy bergetar. Mata Tante Rani dipejamkan sambil terus membuat sering ke bawah sehingga liang kewanitaan Tante Rani sudah berhasil menelan semua batang membikin Shandy. Tante Rani pun nampak menahan enak yang tiada tara.

"Shandy…" rintihan Tante Rani kian menjadi saat liang senggamanya sudah melahap seluruh batang membikin Shandy. Tante Rani pakaiannya untuk beberapa ketika sambil kau batang membikin Shandy yang telah terkubur di dalam liang kewanitaannya.

"Shandy, Tante telah tidak kuat lagi… Sayang.." desah Tante Rani sambil menggerakan-gerakkan tak jarang ke samping kiri dan kanan. Mulut tantenya terus mengaduh, mengomel sambil terus sering kali digeser ke kiri dan ke kanan.

Nampak permainan itu Shandy mendesir, "Aduh Tante… terus Tante.." mendengar itu Tante Rani terus menggeser-geserkan sering kali. Di dalam liang senggama tantenya ada tarik-menarik antara batang membikin Shandy dan liang kewanitaan tantenya yang betul-betul kuat, mengikat batang membikin Shandy dengan liang senggama Tante Rani.

Kuatnya tarikan itu dimungkinkan karena ukuran batang membuat Shandy jauh lebih besar jika diperbandingkan dengan milik Om Budiman.

Goyangan kerap kali kian liar dan Shandy mendekap tubuh tantenya dengan bokongnya gerakannya yang sungguh-sungguh liar itu. Kucuran peluh sudah berhamburan dan beradunya alat vital Tante Rani dengan paha Shandy telah alat vital yang amat menggairahkan, "Prut.. prat.. pret..".

Tangan Shandy merangkul tantenya dengan erat. Pergerakan mereka kian liar dan kian membikin saling mengerang kenikmatan entah berapa kali Tante Rani mengucurkan cairan di dalam liang kewanitaannya yang terhalang oleh batang membuat Shandy.

Tante Rani mengerang kenikmatan yang tiada taranya dan puncak dari kenikmatan itu kami rasakan saat Tante Rani berkata di dekat telingan Shandy. "Shandy…" mengendalikan Tante Rani bergetar, "Tak jikalau mau keluar, kita keluarnya bareng-bareng yaaah". "Iya Tante…" jawab Shandy.

Selang beberapa menit Shandy ketika akan keluar dan tantenya mengenal, "Tak berharap keluar yaaa." Shandy merangkul Tante Rani dengan kuatnya tetapi kedua kerap kali masih terus melainkan-nusuk liang kewanitaan Tantenya, begitu juga dengan Tante Rani rangkulanya tak membuat ia melupakan gigitannya terstimulasi batang membikin Shandy.

Sambil terus merapatkan rangkulan. Hasilnya Shandy keluar dengan keras, "Tanteee.. Tanteee.." dan semacam itu juga Tante Rani mengerang keras, "Shann…". Sambil keduanya ludah mengencangkan rangkulannya dan merapatkan batang membuat dan liang kewanitaannya sehingga betul-betul rapat membikin hampir biji batang membikin Shandy masuk ke dalam liang senggama Tante Rani.

Kau Shandy dan Tante Rani bajunya sesaat kau semburan lahar panas yang beradu di dalam liang sorga Tante Rani. Masih dalam posisi Tante Rani duduk di pangkuan Shandy. Tante Rani tersenyum, "Tak hebat Shandy seperti kuda binal dan ternyata kepunyaan kau lebih besar dari suaminya dan betul-betul menggairahkan."



"Tak hakekatnya telah tahu harapan Tante dari dahulu ya, tetapi kamu ludah mengelaknya yaa.." goda Tante Rani. Shandy cuma tersenyum di goda seperti itu. Tante Rani lalu mencium kening Shandy. Kurang lebih Lima menit batang membikin Shandy yang sudah mengeluarkan lahar panas bersemayam di liang kewanitaan Tante Rani, lalu Tante Rani bangkit sambil mengamati batang membuat Shandy. 

Memperhatikan batang membuat Shandy yang mengecil, Tante Rani tersenyum kencang karena dalam pikirannya kalau batang supaya masih berdiri karenanya dia harus terus ludah membuat batang membuat Shandy tak berdiri lagi. Untuk menyakinkannya itu, tangan Tante Rani melakukan-raba batang membikin Shandy dan menijit-mijitnya dan terbukti sesudah dipijit-pijit batang membikin Arie tidak berharap berdiri lagi.

"Aduh untung batang kemaluanmu Shandy… tidak hidup lagi," bisik Tante Rani mesra sambil berdiri di hadapan Shandy, "Soalnya jika masih berdiri, Tante telah tidak kuat Shandy" lanjutnya sambil tersenyum dan Kesudahannya di sebelah Shandy. Kebiasaan Tante Rani dan Shandy berpanutan mereka malahan naik ke atas dan masuk kamar-masing-masing.

Pagi-pagi sekali Shandy bangun dari tempat tidur karena mungkin telah karena bangun pagi, walaupun badannya tidak tidur namun matanya terus saja melek. Kau Shandy jalan-jalan di taman untuk mengisi sudah dijalankan badannya sedikit segar dan berikutnya badannya bisa diajak untuk tidur kembali sebab pada hari itu Shandy tak ada kuliah.

Tradisi lari pagi yang acap kali budaya diwaktu pagi pada saat itu tak melainkan karena badannya terasa masih lemas akibat pertarungan tadi malam dengan tantenya.

Lalu Shandy malahan berjalan menuju kolam, tidak dibanyangkan sebelumnya terbukti Tante Rani ada di kolam sedang berenang. Tante Rani mengenakan celana renang warna merah dan BH warna merah pula. Mengamati kedatangan Shandy.

Tante Rani mengajaknya berenang. Shandy cuma tersenyum dan berkata, "Nggak ah Tante, Aku malas ke atasnya." Mendapatkan jawaban itu, Tante Rani cuma tersenyum, soalnya Tante Rani mengenal Shandy tak memakai celana renang. "Sudahlah gunakan celana dalam aja," pinta Tante Rani. Tantenya yang terus dikala Shandy untuk berenang. Kau iapun membuka pakaian dan celana pendeknya yang tinggal jelas hanya celana dalamnya yang berwarna biru.

Celana dalam warna biru sedangkan rapat menutupi batang membuat Shandy yang kedinginan. Loncatan yang benar-benar indah diperlihatkan oleh Shandy sambil mendekati Tante Rani, yang malahan menjauh dan mengguyurkan air ke wajah Shandy. 

Sehingga di dalam kolam renang itu Tante Rani menjadi kejaran Shandy yang tak membalasnya. Mereka saling mengejar dan saling mencipratkan air seperti si kecil kecil. Karena kecapaian, akhinya Tante Rani bisa juga tertangkap. Shandy segera memeluknya erat-erat, pelukan Shandy membikin Tante Rani tak dapat lagi menghindar.

"Udah akh Shandy.. Tante capek," mengasyikan mesra Tante Rani sambil membalikkan badannya. Shandy dan Tante Rani masih berada di dalam genangan kolam renang. "Tak tidak kuliah Shandy," tanya Tante Rani. "Kau," jawab Shandy pendek sambil mengerjakan bukit membikin Tante Rani. 

Terkena rabaan itu Tante Rani pun tersenyum sambil memberikan ciuman yang betul-betul dipecahkan dan sangat lalu dengan cepatnya dia melepaskan ciuman itu dan pergi menjauhi Shandy.

Kelihatan perlakuan itu Shandy menjadi semakin menjadi bernafsu dan terus memburu tantenya. Dan pada alhasil tantenya tertangkap juga. "Sudah ah… Tante kini berharap ke kantor dahulu," kata Tante Rani sambil sedikit menjauh dari Shandy.

Saat jaraknya lebih dari satu meter Tante Rani cuma geli memandang Shandy yang celana dalamnya sudah melorot di antara kedua kakinya dengan batang agar yang sudah bangkit dari tidurnya.

"Tidak tak sadar Shandy, celana dalammu telah ada di bawah lutut.." Mendengar itu Shandy segera mendekati Tante Rani sambil mendekapnya. Tante Rani hanya tersenyum. "Kasihan kau, adikmu telah bangun lagi, melainkan Tante tidak bisa membantumu sebab Tante semestinya telah pergi," kata Tante Rani sambil menjalankan batang membikin Shandy yang telah menegang kembali.

Mendengar itu Shandy hanya melongo kaget. "Akhh, Tante masa tak punya waktu cuma beberapa menit saja," kata Shandy sambil tangannya ludah membuka celana renang Tante Rani yang berwarna merah.

Mendapat perlakuan itu Tante Rani hanya pakaiannya dan ia terus mencium Shandy sambiil berkata, "Iyaaa deh.. namun diatasi, yaa.. jangan lama-lama, nanti ketahuan orang lain bisa gawat."

Tante Rani membuka celana renangnya dan pesat sambil merangkul Shandy. Batang membikin Shandy seketika masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Rani yang telah dibuka lebar-lebar dengan posisi kedua kakinya walaupun di pundak Shandy.

Setelah detik kemudian, sesudah liang kewanitaan Tante Rani telah melahap seluruh batang membikin Shandy dan dirasakannya batang membuat Shandy telah menegang. Tante Rani menciumnya dengan diatasi dan seketika membikin Shandy sambil pergi dan terseyum manis meninggalkan Shandy yang memakai keder dengan batang agar yang sedang menegang.

Mendapat perlakuan itu Shandy menjadi tambah bernafsu kepada Tante Rani, dan dia berjanji seandainya ada sebab lagi ia akan menghabisinya hingga dia merasa kelelahan. Lalu Shandy langsung pergi meninggalkan kolam itu untuk membersihkan badannya.

Setelah di kamar, Shandy langsung membuka segala bajunya yang menjadi kemaluan itu, dia seketika masuk kamar mandi dan menggosok badan dengan sabun. Ketika akan membersihkan badannya, air yang ada di kamar mandinya terbukti tak berjalan seperti mengenal.

Dan lantas Shandy teringat akan keberadaan kamar Yuni. Shandy lalu pergi keluar kamar dengan lilitan handuk yang walaupun di tubuhnya. Wajahnya penuh dengan sabun mandi. "Yuni.. Yuni.. Yuni.." teriak Shandy sambil mengetuk pintu kamar Yuni. "Masuk Kak Shandy, tidak dikunci." balas Yuni dari dalam kamar.

Didapatinya rupanya Yuni masih melilitkan badan dengan selimut dengan tangannya yang sedang asyik memainkan supaya. Permainan ini baru didapatkannya saat ia memandang adegan tadi malam antara kakaknya dengan Arie dan kejadian itu membuat ia saat tentang sesuatu yang selama ini diidam-idamkan oleh merasakan manusia.

"Ada apa Kak Shandy," kata Yuni sambil terus berpura-pura menutup badannya dengan selimut sebab takut ketahuan bahwa dirinya sedang asyik memainkan supaya yang telah membasah sejak tadi malam sebab memperhatikan kejadiaan yang budaya kakaknya dengan Shandy.

"Anu Yuni.. Kakak ingin dikerjakan mandi karena kamar mandi Shandy airnya tidak keluar." Memang Yuni melihat dengan jelas bahwa badan Shandy dipenuhi oleh sabun tapi yang terang Yuni bukannya badan tetapi Yuni dilihat diantara selangkangannya yang kelihatan mencuat.

Iseng-iseng Yuni menanyakan tentang apa yang mengganjalnya dalam lilitan handuk itu. Mendengar pertanyaan itu niat Shandy yang akan membeberkan seputar biologi rupanya langsung kesampaian dan Shandy bahkan seketika memperlihatkannya sambil memengang batang supaya.

"Memperoleh namanya penis.. Sayang," kata Shandyyang segera menuju kamar mandi karena memandang Yuni menutup wajahnya dengan selimut.

Memperhatikan batang membuat Shandy yang sedang menegang itu Yuni membayangkan sekiranya ia mengulumnya seperti yang tradisi kakaknya.

Kamu dingin keluar di sekujur tubuh Yuni yang membayangkan batang membikin Shandy dan ia tak sekali seperti yang budaya oleh kakaknya juga dia dia. Mata Yuni terus ia Shandy yang sedang mandi sambil tangan terus bergerak mengusap-usap supaya.

Kamu sebab Yuni telah dipuncak kenikmatan, ia mengerang akibat dari permainan tangannya itu sudah berhasil dirasakannya .Dengan beraninya Yuni pergi ia kamar mandi untuk dilaksanakan mandi bersama Shandy. Memandang kedatangan Yuni ke kamar mandi, Shandy cuma tersenyum. "Tak juga berharap mandi Yun," kata Shandy sambil mencubit pinggang Yuni.

Yuni yang telah dipuncak kenikmatan itu hanya tersenyum sambil memperhatikan batang membikin Shandy yang masih mengeras. "Kak boleh nggak Yuni mengelus-elus barang itu," bisik Yuni sambil menunjuknya dengan jari manisnya. 

Mendengar permintaan itu Shandy seketika tersenyum sangat, ternyata selama ini apa yang diidam-idamkannya akan saat mendapatkan. Dalam pikiran Shandy, Yuni sekarang mungkin sudah mengenal akan kenikmatan dunia. 

Tanpa sudah lagi Shandy segera mendekatkan batang supaya ke tangan Yuni dan lantas alat vitalnya mengelus-elusnya. Tangan Yuni yang baru pertama kali melaksanakan kepunyaan laki-laki itu sedikit canggung, tapi ia ludah meremasnya seperti meremas pisang dengan dia yang benar-benar kuat benar-benar membuat Shandy kesakitan.

"Aduh.. jangan keras-keras dong Yuni, nanti batang agar patah." Mendengar itu Yuni menjadi sedikit terkejut lalu Shandy membatunya untuk memainkan batang supaya dengan lembut.

Tangan Yuni kaget untuk menjalankan batang membikin Shandy dengan halus lalu batang membikin Shandy didekatkan ke wajah Yuni dilaksanakan mengulumnya. Yuni cuma menatapnya tanpa tahu mesti hanya apa. Lalu Shandy memerintahkan untuk mengulumnya seperti mengulum ice crem, atau mengulumnya seperti mengulum permen karet. 

Memandang tersebut Yuni langsung berdasarkan, mula-mula ia mengulum kepala batang membuat Shandy lalu Yuni memasukkan seluruh batang membuat Shandy ke dalam mulutnya. Namun belum juga berapa detik Yuni terbatuk-batuk karena kehabisan membuat dan mungkin juga sebab nafsunya terlalu besar.

Sesudah sedikit tidak, Yuni mengulum lagi batang membuat Shandy tanpa sudah sambil pinggul Yuni bergoyang genitalianya kaki Shandy. Melihat kejadian itu Shandy alhasil menghentikan kuluman Yuni dan seketika mengangkat Yuni dan membawanya ke ranjang yang ada di samping kamar mandi.

Setibanya di pinggir ranjang, dengan hangat Yuni dipeluk oleh Shandy dan Yuni malah membalas pelukan Shandy. Bibir Yuni yang polos tanpa liptik dicium Shandy dengan penuh kehangatan dan kelembutan.

Dicium dengan penuh kehangatan itu Yuni untuk beberapa saat terdiam seperti patung melainkan alhasil naluri seksnya keluar juga, ia pantatnya apa yang dicium oleh Shandy. Sesudah Shandy menjulurkan lidahnya maka Yuni pun sama menjulurkan lidahnya ke dalam mulut Shandy.

Dengan permainan itu Yuni sangat menikmatinya apalagi Shandy yang dapat dikatakan telah dilatih oleh kakaknya yang sudah berpengalaman.

Kecupan Yuni kadang kala keluar mengontrol yang keras sebab kehabisan membikin. "Pek.. pek.." mengendalikan bibir Yuni mengeluarkan mengatur yang membikin Shandy kian baju. Mendengar mengatur itu Shandy tersenyum sambil terus memagutnya. Tangan Shandy dengan benar-benar sudah membuka daster putih yang digunakan Yuni. 

Dengan gerakan yang betul-betul halus, Shandy langsung Yuni dijalankan duduk di pinggir ranjang dan Yuni bahkan mengenal keinginan Shandy itu. Bibir Yuni yang sudah berubah warna menjadi merah terus dipagut Shandy dengan posisi Yuni tertindih oleh Shandy. Tangan Yuni terus merangkul Shandy sambil bukit supaya menggesek-gesekkan sekenanya.



Lalu Shandy membalikkan tubuh Yuni sehingga telah Yuni berada di atas tubuh Shandy, dengan perlahan tangan Shandy membuka BH putih yang masih jelas di tubuh Yuni. Sesudah berhasil membuka BH yang dikenakan Yuni, Shandy bahkan membuka CD putih yang membungkus bukit membikin Yuni dilanjutkan menggesek-gesekkan sekenanya. 

Erangan panjang keluar dari mulut Yuni. "Auuu…" sambil mendekap Shandy keras-keras. Memandang itu Shandy kian memperhatikan. Sesudah Shandy berhasil membuka semua pakaian yang dikenakan Yuni, nampak Yuni sedikit tak iapun kembali membalikkan Yuni sehingga dia kini berada di atas tubuh Yuni.

Shandy menghentikan pagutan bibirnya ia melanjutkan pagutannya ke bukit membuat Yuni yang telah terbuka dengan bebas. Dipandanginya bukit membuat Yuni yang kecil namun penuh tantangan yang baru ditumbuhi oleh bulu-bulu hitam yang kecil-kecil. 

Kaki Yuni direnggangkan oleh Shandy. Pagutan Shandy beganti pada bibir kecil kepunyaan Yuni. Gila Yuni terangkat dengan sendirinya saat bibir Shandy mengulum bukit membuat kecilnya yang telah alat vital oleh cairan. Harum bukit membuat perawan membuat batang membikin Shandy semakin tidak lantas masuk ke sarangnya tetapi Shandy kasihan memperhatikan Yuni karena supaya belum juga merekah. 

If you have any issues relating to the place and how to use cerita sex Baby margaretha - bokepindo.Xyz -, you can contact us at our own web page. Jilatan bibir Shandy yang mengenai klitoris Yuni membikin Yuni menjepit wajah Shandy. Semburan panas keluar dari bibir bukit membuat Yuni. Yuni hanya menggeliat dan menahan rasa enak yang baru pertama kali didapatkanya.

Lalu Shandy merasa yakin bahwa ini sudah waktunya, ditambah lagi batang agar yang sudah telalu lama menengang. Shandy menarik tubuh Yuni dilakukan kerap karena kemaluan di pinggir ranjang. Kaki Yuni alat vitalnya lantai dan Shandy berdiri diantara kedua paha Yuni.

Memandang menyentuh tubuh Yuni yang sudah tidak menerapkan apa-apa lagi ditambah dengan pemandangan bukit membuat Yuni yang sempit namun alat vital oleh cairan yang keluar dari bibir kecilnya membikin Shandy menahan membuat. Shandy berdiri, dan batang supaya yang besar itu nafas ke bukit membikin Yuni. Melihat itu Yuni sedikit kaget dan merasa takut Yuni menutup wajahnya dengan kedua tangannya. 

Memperhatikan gejala itu Shandy cuma tersenyum dan ia sedikit lebih melebarkan paha Yuni sehingga klitorisnya terlihat dengan terang. Memandang menggesek-gesekkan batang agar di bibir membuat Yuni. Sambil menggesek-gesek batang membikin, Shandy kembali mendekap Yuni sambil membuka tangannya yang menutupi wajahnya.

Memperhatikan Shandy yang membuka tangannya, Yuni seketika merangkulnya dan mencium bibir Shandy. Pagutan malah kembali terjadi, bibir Yuni dengan lahapnya terus memagut bibir Shandy. Akibatnya erangan kembali keluar lagi dari mulut Yuni. 

"Aduhh… Kaak…" erang Yuni sambil merangkul tubuh Shandy dengan keras. Shandy menjalankan-raba bukit membuat Yuni dengan batang supaya setelah yakin akan lubang membikin Yuni, Shandy suara perlahan dan dikala kepala kejantanan Shandy masuk ke liang senggama Yuni. Yuni mengerang kesakitan, "Kak.. aduh sakit, Kak…"

Mendengar rintihan itu, Shandy membiarkan kepala supaya ada di dalam liang senggama Yuni dan Shandy terus memberikan pagutannya. Kuluman bibir Yuni dan Shandy pun berjalan lagi. Dada Shandy yang besar terus digesek-gesekkan ke payudara Yuni yang sudah mengeras.

Yuni yang menahan rasa sakit yang sudah bercampur dengan rasa sedap akibatnya mengangkat kakinya tinggi-tinggi untuk menghilangkan rasa sakit di liang senggamanya dan itu rupanya membantunya dan kini menjadi tambah sedap.

Kepala membikin Shandy yang besar baru masuk ke liang kewanitaan Yuni, tetapi jepitan liang membuat Yuni seperti itu keras kemaluan oleh batang membuat Shandy. Sambil mencium dinikmati kiri Yuni,Shandy kembali ludah memasukkan batang agar ke liang senggama Yuni. 

"Aduh.. aduh.. aduh.. Kak," Mendengar rintihan itu Shandy berkata terhadap Yuni. "Tak sakit Yuni," bisik Shandy di dinikmati Yuni. "Nggak tahu Kaak ini bukan seperti sakit ialah, sakit namun nikmat.."

Mendengar penjelasan itu, Shandy terus memasukkan batang supaya sehingga sekarang kepala agar sudah masuk seluruh ke dalam liang senggama Yuni. Batang membuat Shandy sudah masuk ke liang senggama Yuni hampir setengahnya. Batang supaya telah ditelan oleh liang membuat Yuni, kaki Yuni semakin diangkat dan tertumpang di punggung Shandy. 

Tiba-tiba tubuh Yuni bergetar sambil merangkul Shandy dengan kuat. "Aduhhh…" dan cairan hangat keluar dari bibir membikin Yuni, Shandy dapat saat hal itu dapat kepala supaya yang tertancap di bukit membuat Yuni. Lipatan paha Yuni sudah terguyur oleh peluh yang keluar dari tubuh mereka berdua.

Mendapatkan guyuran air di dalam bukit membuat itu, Shandy lalu memasukkan semua batang agar ke dalam lubang senggama Yuni. Dengan satu kali hentakan. "Preeet…" Yuni melotot menahan kesakitan yang bercampur dengan kenikmatan yang tidak mungkin alat vitalnya kecuali dengan Shandy. "Auh.. auh.. auh.." mengendalikan itu keluar dari mulut kecil Yuni sesudah mendukungnya batang kejantanan Shandy berada di dalam lembah kenikmatan Yuni. 

"Kak, Badan Yuni sesak, sekiranya seluruh," kata Yuni sambil menahan rasa enak yang tiada taranya. Mendengar itu lalu Shandy membalikkan tubuh Yuni dijalankan ia berada di atas Shandy. Terlihat posisi itu Yuni seperti pasrah dan tak dapat gerakan apapun kecuali mendekap tubuh Shandy sambil meraung-raung kenikmatan yang tiada taranya yang baru kali ini dirasakannya.

Yuni dan Shandy terdiam kurang lebih lima menit. "Yuni, sekarang bagaimana badanmu," kata Shandy yang memperhatikan Yuni sekarang sudah mulai menggoyang-goyangkan kerap dengan pelan-pelan. "Udah agak enakan Kak," balas Yuni sambil terus menggoyang-goyangkan kerap ke kiri dan ke kanan. Terlihat serangan itu Shandy segera bokongnya gerakan goyangan itu dan goyangan Shandy dari atas ke bawah.

Lipantan-lipatan kehangatan tercipta di antara selangkangan Yuni dan Shandy. Sambil menggoyangkan acap kali, mulut Yuni tetap mengaduh, "Aduhhh…" Setelah nikmat yang sudah menyebar ke mendorongnya badannya.

Tanpa disadari sebelumnya oleh Shandy. Yuni dengan ganasnya menggoyang-gonyangkan sering ke samping dan ke kiri membikin Shandy kewalahan ditambah lagi kuatnya jepitan bukit membikin Yuni yang kian menjepit seperti tang yang sedang mencepit paku dikerjakan paku itu putus.

Setelah menit kemudian Shandy memeluk badan Yuni dengan eratnya dan batang agar ludah ditekan ke atas membuat genitalia Yuni terangkat. Semburan panas pun masuk ke bukit membuat Yuni yang kecil itu. Memperoleh semburan panas yang benar-benar sangat, Yuni mendesis kenikmatan sambil mengeram, "Aduhh… aduh.. Kak.."

Selang beberapa menit Shandy pakaiannya sambil memeluk Yuni yang masih dengan aktif menggerak-gerakkan sering ke kiri dan ke kanan dengan tempo yang benar-benar lambat. Sesudah badannya merasa sudah agak tak, Shandy membalikkan tubuh Yuni sehingga kini tubuh Yuni berada di bawah Shandy.

Batang membikin Shandy masih menancap keras di lembah membuat Yuni meskipun telah mengeluarkan sanggup yang banyak. Lalu kaki Yuni diangkat oleh Shandy dan disilangkan di pinggul. Shandy mengeluarkan batang agar yang ada di dalam liang senggama Yuni.

Mendapat hal itu mata Yuni tertutup sambil membolak-balikkan kepala ke kiri dan ke kanan lalu dengan perlahan memasukkan lagi batang agar ke dalam liang senggama Yuni, turun naik batang membikin Shandy di dalam liang perawan Yuni membuat Yuni sebagian kali mengerang dan menahan rasa sakit yang bercampur dengan nikmatnya dunia.

Tarikan bukit membikin Yuni yang tadinya sungguh-sungguh pelan- pelan berkurang seiring dengan berkurangnya dia yang terkuras habis dan selanjutnya Shandy mengerang-erang sambil memeluk tubuh Yuni dan Yuni bahkan sama mengeluarkan erangan yang seperti itu panjang, keduanya sedang dikala kenikmatan yang tiada taranya.

Shandy mendekap Yuni sambil kau semburan lahar panas dan keluarnya sanggup dalam batang membuat Shandy dan Yuni bahkan sama kau lahar panas yang ada dilembah kenikmatannya. Kurang lebih lima menit, Shandy memeluk Yuni tanpa adanya gerakan seperti itu juga Yuni hanya memeluk Shandy.

Jika oleh Shandy bahwa batang agar mengecil di dalam liang membuat Yuni dan setelah merasa batang agar betul-betul mengecil Arie menjatuhkan tubuhnya di samping Yuni. Shandy mencium kening Yuni. Yuni membalasnya dengan rintihan penyesalan, setelah Shandy bertanggung jawab atas hilangnya perawan yang dimiliki Yuni.

Mendengar itu Shandy hanya tersenyum karena memang selama ini Shandy mendambakan istri seperti Yuni ditambah lagi ia mengetahui jikalau hidup dengan Yuni karenanya dia akan dikala segalanya. Shandy mengucapkan selamat bobo kepada Yuni yang seketika tertidur kecapaian dan Shandy langsung keluar dari kamar Yuni sesudah Shandy memakai sesudah kembali.

Shandy masuk ke dapur, didapatnya tantenya sedang dalam tentang menungging mengambil sesuatu. Terlihat dengan terang celana merah muda yang dipakai tantenya. Tante Rani dibuat kaget sebab Shandy seketika melakukan liang kewanitaannya yang terbungkus CD merah muda sambil menegurnya.

"Tante telah pulang," tanya Shandy. Sambil melepaskan rabaan tangannya di liang kewanitaan tantenya. Lalu Shandy membuka kulkas untuk mencari air putih. "Iya, Tante hanya amat kok. Soalnya Tante kasihan dengan burung kau yang tadi Tante tinggalkan dalam perihal menantang," jawab Tante Rani sambil tersenyum. "Bagaimana kini Shandy burungnya, telah ketika sarang yang baru ya.." Memperoleh ejekan itu, Shandy lantas kaget.

"Ah Tante, ingin cari terkejut di mana," jawab Shandy mengelak. "Shandy kau jangan mengelak, Tante tau kok.. kamu telah ketika sarang yang baru jadi kamu sepatutnya bertanggung jawab. Walhasil tidak kamu akan Tante laporkan sama Oom dan kedua orang tuanmu bahwa kamu sudah bermain edan bersama Yuni dan Tante."

Mendengar itu, Shandy seketika bajunya dan dia akan menikahi Yuni seperti yang dijanjikanya. Mendengar hal itu Tante Rani tersenyum dan memberikan kecupan yang mesra terhadap Shandy sambil menjalankan batang membikin Shandy yang telah tidak kuat untuk berdiri. 

Memandang batang membikin Shandy yang telah tidak kuat berdiri itu Tante Rani tersenyum. "Pasti adikku dibuatnya KO sama kau yaa… burung kau tidak berharap berdiri," goda Tante Rani. "Ahh nggak Tante, adalah saja kok."


Tante Rani meninggalkan Shandy, sambil mewanti-wanti dilaksanakan menikahi adiknya. Kamu pernikahan Yuni dengan Arie kebiasaan dengan pernikahan dibawah tangan atau pernikahan secara agama melainkan dengan tanpa bisa KUA sebab Yuni masih dibawah lewat.








No comments:

Post a Comment